Kamis, 28 April 2011

Rapotku, Cerminan Diriku

Kamis, 28 April 2011
Siang itu, sebuah bola merah besar sedang dalam kondisi yang prima untuk mempromosikan dirinya, disaat aku menyendiri, merenungkan semua yang telah terjadi selama ini. Aku mulai berfikir, apakah yang akan mengubah diriku, mengubah sikapku, dan mengubah kepribadianku. Lalu langkah kaki terdengar menghentak bumi menuju kekamarku, seakan memecah suasana keheningan yang telah aku buat sendiri. Terlihat pintu pun terbuka, munculah seorang perempuan paruh baya, menghampiriku. Ia memelukku dengan rasa kasih sayang alaminya yang tidak bisa ditandangini dengan kasih sayang buatan. Ya, naluri seorang Ibu akan seirama dengan perasaan anaknya. Ia menasihatiku, membuat aku menyadari betapa bodohnya diriku ini.
bodohnya manusia ini!


Tapi ia tidak merasa kecewa, Ia tidak marah, Ia malah tersenyum kepadaku sambil berkata: “Sekarang saatnya mengubah dirimu, selagi belum terlambat dan sebelum kamu menyesal dikemudian hari”. Ia berkata Lagi sambil menatap mataku yang sudah layu:

“Ibu tidak bisa merubah apapun yang terjadi dikehidupanmu, hanya kamu yang bisa merubahnya, kamu yang menjalaninya dan kamu yang akan menerima semua akibat yang telah kamu perbuat, Ibu hanya bisa mendoakan kamu, karena semua Ibupun ingin yang terbaik bagi anaknya”.

Bisikan itu, Suara itu, merasuki pikiranku, menerobos sukmaku, membuatku tersentak untuk sesaat. Ternyata, semua yang aku alami selama ini, semua yang aku perbuat selama ini, membuatku masuk kedalam jurang kehancuran. Tapi, bantuan itu datang, tali itu terjulur memberikan harapan baru, nasihat seorang ibu yang memberikanku motivasi untuk membuatku lebih baik dan naik ke atas. Aku pun berfikir sejenak, tak lama kemudian alam bawah sadarku pun mulai menunjukan tajinya, akupun tertidur dipelukan ibuku selama beberapa waktu yang seakan ingin melepaskan rasa lelah yang melekat dalam diriku.

Detik demi detik pun berlalu, menitpun senada dengan berputarnya waktu, dan jam rumahku telah menunjuk kearah tenggara (04.30 sore). Suara ricuh anak kecil dirumahku telah membangunkanku dari mati suriku, akupun membuka indra penglihatanku kembali yang tadinya tertutup rapat. Akan tetapi, keadaan diluar rumah seakan tidak mencerminkan indahnya seseorang saat terbangun dari tidurnya. Langit terlihat mengamuk warnanya pun sejalan dengan rambutku, awan-awan yang berada disekelilingnya pun ingin segera memuntahkan isinya, dan suara-suara gemuruh petirpun beradu seolah ingin menyaingi suara ricuh saudara-saudaraku yang sedang asiknya bermain. Kemudian akupun keluar dari ruangan yang telah membuat aku segar kembali. Kulkas dipojok dapurpun kuhampiri, kuambil sebuah botol besar yang berisi air bening dari dalamnya. Kuteguk dengan ekspresi seorang bintang iklan minuman soda dilayar kaca. Segarnya, hatiku serasa berteriak.

Setelah itu aku melangkahkan kakiku kearah laptop yang terbujur kaku. Kunyalakan mesin itu dan kubuka facebooku dengan fasilitas WiFi, kuganti status facebooku dengan paduan kata-kata yang membuatku tersadar: “Rapotku, kau begitu usang. Isimu, Tidak menarik. Dan pemilikmu, begitu bodoh."
hidupku suram!
Aku pun terjun kedalam dunia cyber itu. Setelah terhanyut dalam asiknya bermain facebook, akupun membuka lirik lagu “heal the world”, milik Michael Jackson di google. Aku ingin bernyanyi bersama dengannya dan ingin mengenangya sebagai “king of pop”. Lagu itu pun sedang diputar di televisi dengan video clip yang memperlihatkan ciri khas dari seorang Jacko dan bertajuk perbaiki dunia. Alunan musik dan suara merdu dari Jackopun menenggelamkan diriku dalam suasana larut. Kemudian, aku berlari kecil ke tempat meja belajarku, aku mengambil sebuah buku nilai yang isinya adalah cerminan diriku. Akupun kembali bergegas ke kursi di ruang tengah karena tidak ingin lepas dari latar larut yang telah dibuat oleh Jacko.

Disini, aku mulai membandingkan semua nilai, perilaku, sampai kehadiranku disekolah. Ternyata, semua isinya tidak berbohong, tidak jauh dari semua perilaku diriku selama ini. Hasilnya, sangat mengecewakan bagi diriku, apalagi Ibuku yang telah peduli kepadaku. Aku tidak bisa mengungkapkan bagaimana isinya, karena itu hanya akan membuatku semakin terpuruk. Lagu “Heal the world” pun akhirnya menyajikan alunan melodi indahnya, mendukung diriku agar memasuki tahap perenungan yang tadi sempat tertunda oleh kekuatan alam bawah sadarku.

Selang waktu berlalu, suara azan pun berkumandang, mengakhiri Lagu Jacko tersebut. Akupun bangkit, dan berjanji kepada diriku sendiri. Aku berkata didalam hati:

“aku akan berubah mulai detik ini, menjadi lebih baik dari waktu sebelumnya, dan tidak akan membuat Ibuku kecewa lagi kepadaku.

Janji itupun telah terpatri erat didalam dada dan jiwaku. Sebuah awal yang bagus, shalat maghrib dan berdoa kepada Allah SWT agar Ia senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada mahluk hina seperti diriku yang telah diciptakannya. Semoga semua bisa berubah mulai dari sekarang.

0 komentar:

Posting Komentar